Taman Safari: the Zoo Experience

Image

Relax, like a hippo!

DSCF0142

Last March I went to the Zoo with daddy and sister. Going there as an adult gave you a very different perspective in seeing those animals. When I was a child I’d go run back and forth happily then just stare in awe at them. Now, I’m going with sympathy. They’re seemed not happy living in small area (mostly the cats), thin and poorly maintained. It’s a zoo in animal park model so you have to be in your car ride around watching them live their life. it’s weekend and there were so many cars which I’m sure bring pollution to the inhabitants and not enough trees to protect them from sun light and smoke from the cars. It’s just like circus covered in the name of preservation.

Or maybe I’m just too serious. Still, daddy, sister and I had a lot of fun. It’s been a long time we’re not have a trip together.

Advertisement

Borobudur 25/05/2013 dan Dongeng Toleransi Beragama

Beberapa hari belakangan, Twitter ramai dengan protes akan SBY yang baru saja menerima penghargaan mengenai toleransi beragama. Banyak dari mereka keras mencaci presiden serta mengomentari asam pendapat pesuruh presiden yang mendukung tuannya. Saya sendiri hanya bisa mengingat Borobudur, 25 Mei 2013.

Berawal dari menyaksikan Arisan! 2 beberapa bulan sebelumnya, saya tertarik untuk merasakan damai yang tokoh Memey rasakan pada upacara Waisak di Borobudur. Maka, 3 bulan sebelum hari H saya mempersiapkan semuanya sendirian. Sengaja tidak mengajak siapa-siapa, walau belakangan saya tahu bahwa banyak teman saya yang juga ikut serta.

Sabtu sore saya tiba Borobudur bersama banyak pengunjung lainnya. Beragam turis di sana, baik yang berkunjung dalam rangka studi wisata, jalan-jalan saja, ingin melihat perayaan Waisak, juga umat Budha yang beribadah. Saya yakin hari itu jumlah manusia yang datang berkali-kali lipat dari hari biasa.

Ketika arak-arakan patung Budha datang, saya turun dari atas candi menuju pelataran di depan, mengambil posisi agak tengah, dan duduk bersila mendengarkan doa. Sementara itu puluhan “fotografer” sibuk memenuhi depan panggung, menghalangi umat yang sedang berdoa dan berhenti memoto/berfoto setelah doa selesai.

Menginjak petang, pengunjung ramai mencari tempat duduk, pelataran mulai penuh, dan terlihat bahwa mayoritas yang datang bukan umat yang hendak beribadah. Saya hanya berpikir, ternyata daya tariknya sebesar ini. Acara di mulai agak terlambat, saat itulah awal dari ketidaknyamanan yang terjadi.

Gerimis turun dan banyak yang membuka payung, beberapa keberatan karena pandangan jadi terhalang. Ketika para biksu naik panggung dan doa pertama dibacakan, sekeliling saya bukan hanya ngobrol sendiri tapi ada yang membuat kompetisi bernyanyi dadakan. Ketika menteri agama dan gubernur Jateng masuk lalu memberi sambutan, pengunjung riuh bersorak yang saya tidak mengerti apa tujuannya. Hujan gerimis menjadi deras, acara bukan hanya tidak bisa dilihat tapi juga didengar. Saya pindah tempat pergi dari kerumunan ini, tapi di tempat yang baru tiba-tiba segerombolan orang di depan saya berdiri dan ketika diminta duduk, malah marah-marah. Ketika doa penutup dibacakan, pengujung menjadi liar dan naik ke atas panggung bahkan mengabaikan permintaan biksuni pemimpin doa untuk turun dan mereka juga menyulitkan para biksu yang berlalu lalang. Hujan deras tak berhenti, acara pelepasan lampion dibatalkan dan semua bersorak marah (dan dengar-dengar sih meminta uang yang harusnya jadi sumbangan untuk dikembalikan).

Jujur, saya jadi malu sendiri.

Melihat hal itni dan sehubungan dengan protes di Twitter mengenai penghargaan yang di terima SBY, saya merasa aneh. Pemerintah memang harus melindungi rakyatnya dan tegas dalam menyikapi banyak kasus kekerasan terhadap penganut agama minoritas di banyak daerah. Tapi, bagaimana dengan kita sendiri sebagai masyarakat? Apa iya kita juga sudah menegakkan keadilan dan membela saudara kita walau berbeda agama? Apa iya kita sendiri sudah punya tenggang rasa yang besar terhadap mereka yang Tuhannya berbeda? Apa iya kita sudah bisa saling menghormati tanpa prasangka? Saya sendiri berpikir tidak ada salahnya menghujat pemerintah karena memang mereka perlu itu, tapi lalu apa memang semuanya benar-benar hanya tanggung jawab pemerintah?

Mungkin memang harus ada satu orang pendongeng yang mencitrakan kebaikan untuk menutupi keboborokan dari jutaan orang lainnya. Dan mungkin memang perilaku pemimpin adalah cermin pribadi rakyatnya.

Monolog: Tentang Senja

Apa ada yang lebih menggembirakan hati selain sore di kereta? Memandang hamparan luas berganti dengan hanya satu latar langit menguning, senja.

Ah, senja. Saya suka menulis tentang dia.

Senja tidak seperti siang yang hangat namun teriknya membakar kulit. Senja juga tidak seperti pagi penuh semarak kicau burung yang dinginnya menggigit. Senja jelas berbeda dengan malam berkerlip bintang tapi gelapnya membawa cemas.

Ibarat manusia, senja adalah kekasih lama yang padanya saya titipkan cinta pertama dan selalu memanggil rindu. Bertemu dengan senja layaknya bertemu sahabat karib, hati menjadi hangat sekaligus gembira. Namun dalam jingganya, selalu ada pedih yang sama ketika kamu melihat dia yang tidak memilihmu. Senja selalu juga mengingatkan saya pada keluarga dekat, karena kemana pun saya pergi, selalu ia yang saya cari untuk kembali.

Senja menuliskan padamu sebuah roman tentang kamu yang sedang berdua di motor pacarmu sepulang kerja. Senja memutarkan lagu melankolis ketika kamu duduk sendiri dalam bis yang berjalan tanpa playlist. Senja menceritakan padamu kisah-kisah menegangkan di balik muka cerah mereka yang bersantai di bawah Jembatan Merah.

Pada saya, senja menjadi pintu pertemuan kita 4 tahun lalu. Namun seperti yang kau tahu sayang, senja selalu diikuti malam. Seperti kau dan saya yang tak pernah bertemu pagi, tersesat gelap.

Ah, senja. Mengapa dia selalu dapat mengantar saya pada rasa?

note: terpikir di kereta sore sepulang dari Jogja

MIKA: The Origin of Love Jakarta Concert 2013

DSCF0288

Friday, May 10th 2013, my years of being a crazy fan tweeting Mika have finally paid off. Jakarta’s The Origin of Love 2013 Concert held at Skeeno Hall Exhibition, Gandaria City. It was a cloudy afternoon and I rushed from office with butterflies flying in my stomach.

His first gig in Jakarta packed in a more of an intimate setting. It was a simple stage compare to his circusy grander decoration, with light boxes backed the band and Mika’s piano at the center of the stage surrounded by cool hanging bulbs. The band played the Italian part of The Origin of Love when Mika entered the stage, but instead of continue the song, he opened his concert with Relax (Take It Easy) and second later we were magically spelled into his charisma.

He finished the first song with a big smile and said, “Jakarta can sing”. Right! I was also so shocked by the audience. At first, based on where the promoters sale the presale tickets, I think they who’d come just want to be there for the sake of being cool, but apparently they were all donkey’s devoted fans. Skeeno Hall might not a full house but those people definitely knew how to sing and eagerly move their hips until the very last song. Psyched!

Last night was a mixed across Mika’s three records played in a powerful lively performance. He clapped, danced, swayed, jumped, leapt around the stage and joked around with his band mates. God, I wonder how his body could be that stretchy. The high-pitched vocal range heard in harmony with the band’s instrumental beats. He’s very communicative and never forget to made the audience part of the show. He knew how to build the tension in his performance; played it mellow in Stuck in the Middle and Happy Ending, made a flirty piano session to open Big Girl (You Are Beautiful), playfully sing some songs with one damn lucky girl choir (I’m green with envy, damn those girls!), in the end of Love Today he fooled around with Max, the pianist/bassist, then bashed the audience again with Celebrate, he even danced and laid down on top of his piano in several songs. He sang Lollipop twice and closed the night with the more upbeat one.

Mika’s definitely made to be a performer. An amazing one.

One thing noted, one hour and a half is not enough! Say that I’m greedy but 17 songs weren’t able to feed my thirst of his appearance. It felt like an anti-climax because he went away without any last word. It turned out because he must perform in X Factor Indonesia. Fuck it.

Well, after all it was an ocean amount of fun.

Thank you for coming to Jakarta and I’m looking forward to see you again, Mr. Penniman!

DSCF02921

edit1

Set list:

Relax, Lola, Lollipop, Billy Brown, Popular Song, Stuck in the Middle, Rain, Big Girl (You are Beautiful), Origin of Love, Underwater, Emily/Elle Me Dit, Happy Ending, Love Today, Celebrate, Grace Kelly, We Are Golden, Lollipop (Encore)

Free.

Image

A couple of your stories has already been told and a few things about you has already been sold. You sound so quiet so I whisper to you, “Well, i guess that you have found your own world”.

A couple of your stories has already been told and a few things about you has already been sold. Well, I guess it’s time to end it so i said to you, “I hope we could talk again someday”.

Monkey to Millionare – “Strange” is the song in our conversation

photo taken at Taman Safari, 29.03.2013